Apa Penyebab
Kematian Alam ?
Kalau alam semesta bisa tumbuh, lalu
skenario apa yg menyebabkan kematiannya?
Bagaimana akhir alam semesta?
Masa depan alam semesta yang mengembang dipercepat
boleh dikatakan cukup
suram. Milyaran tahun ke depan, pengembangan alam semesta akan demikian
cepatnya, galaksi-galaksi terjauh akan menghilang dari pandangan kita karena
cahaya mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kita. Lama-kelamaan
bahkan galaksi dekat seperti Andromeda pun tak akan bisa kita amati dan makhluk
hidup generasi milyaran tahun ke depan akan merasa bahwa alam semesta hanya
terdiri atas Galaksi Bima Sakti (atau apapun nama dan wujudnya nanti) saja.
Seratus trilyun tahun ke depan,
diperkirakan pembentukan bintang akan berakhir dan yang ada di alam semesta
hanyalah bintang-bintang bermassa sangat rendah yang memang berumur sangat
panjang, katai coklat, bintang neutron, dan lubang hitam.
Pada akhirnya seluruh materi akan
terhisap oleh lubang hitam dan alam semesta akan diisi hanya oleh lubang hitam
supermasif. Namun lubang hitam dalam menguap dengan memancarkan radiasi
Hawking.
Apabila proton dapat meluruh (apakah
proton stabil atau tidak, masih dalam perdebatan), maka pada akhirnya yang
tersisa di alam semesta kita ini hanyalah photon, neutrino, elektron, dan
positron. Alam semesta sebagian besar sudah tidak ada isinya lagi. Ini terjadi
kira-kira 1 Googol tahun ke depan (1 Googol = 10100, 1 diikuti
dengan 100 nol di belakang), jadi masih luar biasa lama.
Tidak perlu terlalu khawatir
mengenai masa depan suram alam semesta ini, karena kejadian ini masih akan
saaaaaannnnnggggaaaaaaaaaattttttt lama setelah kita semua tidak ada lagi di
dunia ini. Nikmati dan hargailah masa hidup kita.
Saya pernah lihat film contact,
tentang perjalanan manusia menuju bintang melalui istilahnya lubang cacing.
Apakah lubang cacing itu, dan apakah ada, terima kasih.
Secara teori
memang benar wormhole aka lubang cacing ini merupakan solusi matematis mengenai hubungan
geometris antara satu titik dalam ruang-waktu dengan titik yang lain, dimana
hubungan tersebut bisa berperilaku sebagai ‘jalan pintas’ dalam ruang-waktu.
Tapi, sampai saat ini belum ada bukti yang bisa mendukung keberadaannya, baik
dari pengamatan maupun
secara eksperimen.
Lantas, apa itu lubang cacing
(wormhole)?
Saya menyukai ilustrasi yang
digunakan Dr. Kip S. Thorne dari California Institute of Technology untuk
menjelaskan apa itu wormhole. Ilustrasinya seperti ini: bayangkan kamu adalah
seekor semut yang tinggal di permukaan sebuah apel. Apel tersebut digantung di
langit-langit dengan menggunakan tali yang sangat tipis sehingga tidak bisa
kamu panjat. Kamu tidak bisa pergi kemana-mana selain di permukaan apel.
Permukaan apel itu menjadi alam semestamu. Nah, sekarang bayangkan apel itu
berlubang dimakan ulat. Lubangnya menembus si buah apel. Dengan adanya lubang
itu, kamu bisa berpindah ke sisi lain permukaan apel dengan dua cara, yaitu:
lewat jalan biasa, yaitu permukaan apel (alam semesta), atau
lewat jalan pintas, yaitu lubang yang sudah dibuat si ulat (wormhole).
Wormole memiliki dua ujung.
Misalnya, satu ujung di kamarmu, ujung yang lain ada di negara asal teman
facebook-mu di Perancis. Kalau kamu melongok ke wormhole itu, maka akan tampak
temanmu dengan latar belakang menara Eiffel. Temanmu yang melihat dari ujung
wormhole di Perancis lalu bisa melihatmu duduk mengerjakan PR di kamarmu.
Asyik, ya, kalau selesai mengerjakan PR kamu bisa menemui kawanmu di Perancis
dan naik ke menara Eiffel, hanya dengan masuk ke semacam lorong.
Alam semesta kita ini mengikuti
hukum fisika. Yang namanya hukum pasti ada yang dibolehkan tapi ada yang tidak.
Nah, apakah hukum fisika memungkinkan adanya wormhole? Ya! Sayangnya, masih
menuruti hukum fisika tadi, wormhole mudah runtuh sehingga tak ada yang bakal
selamat melewatinya. Supaya tidak runtuh, kita harus memasukkan materi yang
berenergi negatif, yang mengeluarkan semacam gaya anti-gravitasi yang mampu
menahan wormhole dari keruntuhan.
Pertanyaan berikutnya yang muncul
adalah apakah ada materi berenergi negatif? Jawaban yang diberikan oleh para
fisikawan yang telah mengupas hukum-hukum fisika secara mendetil dengan
menggunakan ilmu matematika adalah ada! Namun keberadaannya hanya sesaat dan
dalam jumlah yang sangat sedikit.
Andaikan ada insinyur hebat yang
ingin mempertahankan wormhole tidak runtuh. Masih belum mungkin juga ia
mengumpulkan energi negatif di dalam wormhole sejumlah yang diperlukan supaya
wormhole itu bisa dilalui. Seandainya pun hukum fisika memungkinkan adanya
wormhole, kemungkinan besar wormhole tidak terjadi secara alami, tapi harus
dibuat dan dijaga supaya tidak runtuh dengan suatu teknologi tertentu.
Teknologi kita saat ini masih sangat jauh dari itu. Teknologi wormhole masih
sulit, seperti halnya pesawat ruang angkasa bagi manusia purba. Tapi, sekalinya
teknologi wormhole ini bisa dikuasai, ia akan menjadi sarana praktis untuk
transportasi antarbintang. Ini menjadi tantangan bagi kita dan generasi
berikutnya, termasuk kalian.